Demi keluarga seorang Dewi rela mengorbankan apa saja

Saturday 25 July 2015

Pohti...oh pohti.... (Perjalanan panjang mbah ti Putat)

Perjalanan panjang dari perempuan bernama pohti. Terlahir dari desa Putat jauh dari kota madiun dari keluarga petani. Pohti tumbuh dengan didikan keras, dari seorang bapak yang galak. Hanya tamatan SD saja dan pohti harus membantu orang tuanya sebagai petani. Kakaknya pindah ke kota diasuh oleh kyai di Madiun. Sedang pohti dan ke 5 adiknya masih di kampung.




Selayaknya petani semua dilakukan dengan tubuh kecilnya bermandikan lumpur, mengangkat dan sebagaimana petani dewasa. Selagi pohti bekerja di sawah ke 5 adiknya belajar di sekolah. Kerja keras pohti sudah tertanam sejak kecil. Sesudah membantu pekerjaan di sawah selanjutnya mengembala kambing. 

Karena orang tua yang bukan modern. Pohti menikah di usia dini. Menjalani rumah tangga di usia dini tidaklah mudah. 3 kali pernikahan tidak bisa dipertahankan. Pilihan suami untuk pohti adalah anak kyai atau ulama, mempunya masjid, beragama dan pandai mengaji. Memang bagus pilihan orang tuanya tetapi tak ada jaminan membuat pohti dan membina keluarga bahagia. Dari 3 pernikahan pohti tidak dikaruniai anak. Dan pohti kembali ke sawah membantu orang tuanya.

Akhirnya pohti menikah untuk ke 4 kalinya dan dikarunia 5 anak. Perjuangan hidup ternyata tak begitu saja. Dari buruh tani, pedagang serabutan, dan pekerjaan apapun untuk menghidupi ke 5 anaknya. 

Pohti dan keluarga akhirnya pindah ke nokromo. Berawal dari gubug reot dan jerit tangis anak-anaknya sebagai hiburan hati. Air mata dan keringat tiap hari tercucur di wajah pohti. Suami yang acuh dan tidak begitu perduli tak menggoyahkan niat pohti mempertahankan rumah tangga dan menghidupi anak-anaknya. 

Berangkat subuh pulang malam, keluar masuk pasar, dari pintu ke pintu cari barang untuk dijual kembali. Dari u tuk makan keluarga, bayar sekolah, menghidupi semua biaya rumah. Sang suami hanya tau menanam, memelihara ayam, ikan dll. Sang suami hanya membantu menyajikan tetapi tidak tau menghasilkan uang dan memutar uang. Pohti menghandle semua agar kehidupan terus berjalan.

Cek cok, pertengkaran, dan adu mulut adalah hiasan rumah tangga pohti. Sehari tak adu mulut mungkin akan terasa janggal. Karena omongan orang dan sulitnya kehidupan pohti dan keluarga akhirnya bekerja keras untuk membangun rumah seadanya. Kerumunan anak akhirnya terselamatkan dari gubuk reot. Anak perempuan pohti mengadu nasib ke arab saudi, dan sangat membantu kehidupan pohti keluarga. 

Anak-anak pohti tumbuh dewasa dan mencari nasib sendiri-sendiri untuk melanjutkan cita-cita. Pohti dan suami hanya berdua di rumah dengan usia 60 tahun. Entah bagaimana nasib anak-anaknya bekerja, pohti dan suami di usia lanjut pun masih tetap mengukir jalan untuk mencari sesuap nasi. Kebun dan ternak masih pohti jalani.

Tahun 2012 pohti dan suami menjalankan ibadah rukun Islam ke 5, memenuhi panggilan Allah untuk beribadah. Cita-cita anak-anaknya untuk membahagiakan orang tuanya. Dan alhamdulillah pohti dan suami berangkat dan pulang ibadah haji sehat dan selamat.

Tak berhenti di usia lanjut, akhirnya anak perempuan dan ragil pohti memilih pulang untuk mudik dan tinggal bersama. Bukan pohti namanya kalau tidak mandiri. Walau sudah ada yang merawat tetap saja pohti dan suami menjalaninya sendiri dengan dalih tidak merepotkan orang lain. Anak-anaknya tak bisa berbuat apa-apa melihat pohti tetap mandiri. 

Ingin mereka membahagiakannya dan membiarkan orang tua menikmati usia lanjutnya, tetapi kehendak lain. Jika anaknya menyarankan maka adu mulut hasilnya. Tak bisa berbuat banyak dan menghindari cek cok, membiarkan apa adanya agar tetap harmonis dan tetap selalu diawasi.

Mu gkin karena didikan sejak kecil, dan tuntutan hidup selama ini membuat pohti agak susah dimengerti anak-anaknya. Keinginannya yang selalu mandiri dan pekerja keras membuat hati anak-anaknya semakin memelas.

Karena sakit yang tertahan dan terlupakan karena sibuknya kerja selama ini, ditambah usia lanjut akhirnya pohti jatuh sakit. Tak lama di RS hanya 2 malam 3 hari akhirnya pohti meninggalkan keluarganya.

Ya..beberapa kali pak ustad bilang kalau pohti meninggal kondisi khusnul khotimah. Seminggu setelah lebaran fitri (tepat lebaran ketupat tradisi jawa), ikut menjalani puasa penuh, tadarus di musola penuh, halal bihalan dan lebaran di tetangga (walau sudah dicegah tetap saja, dengan tertatih-tatih keluar masuk pintu untuk saling memaafkan, sampai yang punya rumah malu karena lebih muda malah pohti yang berkunjung). 

Pas lebaran fitri dan puasa diampuni dosanya ditambah halal bihala sanak saudara dan tetangga itu menunjukkan yang meninggal putih bersih.. 

Hajjah Pohti....wanita yang luar biasa, wanita pekerja keras
Lahir 11-6-1949   Meninggal 27-7-2015
Meninggalkan sang suami H. Jaen
4 anak laki dan 1 anak perempuan
14 cucu

allhamdulillah semoga pohti ditempatkan di surga terindah di sisi Allah, diterima amal baik dan jerih payah ya untuk keluarga, diampuni segala kesalahan dan dosanya. Amin.....

0 komentar:

Post a Comment

© Suara Hati Sang Dewi, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena