Demi keluarga seorang Dewi rela mengorbankan apa saja

Thursday 9 December 2004

Saat keperawanan dipertanyakan?

Ya begitulah novel berlanjut menjadi film yang sangat dramatis, penuh nasehat menjadi miris bagi kita semua.
The Virgin 1 menjadi film penuh moral dengan pemeran2 cantik dan handal. Tidak ada yang lebih memprihatinkan ketika sebuah potret kelam realita kehidupan mampu dinarasikan dengan sederhana, apa adanya dan mendekati kenyataan. Inilah yang terekam dalam film “Virgin, Ketika Keperawanan Dipertanyakan.”

Film ini mampu menghadirkan sebuah potret buram kehidupan remaja metropolitan seperti Jakarta, dengan sangat apik dan realistik. Gagasan mengangkat tema keperawanan memang bukan sesuatu yang baru. Namun, ketika membenturkannya dengan gaya hidup remaja usia belasan, yang belum 17 tahun, tema itu menjadi sangat menyentuh perasaan. Apalagi sang tokoh dikisahkan dengan gampang mengumbar keperawanannya dengan siapa pun yang dikehendaki dengan dalih apa pun.
Sudah lihat film nya?
Kekawatiran, rasa takut, dan miris pada kehidupan ini jadinya. Bayangkan jika itu adalah anak, saudara, orang2 dekat kita bahkan itu terjadi pada tetangga kita. Kasian mereka dijebak dengan pergaulan, diarahkan sesuatu hal yang bukan seusianya. Mengalami depresi perekonomian, kurangnya kasih sayang. Hidung belang berkliaran bebas mengintai para gadis.
Lantas mau jadi apa generasi kita? mau dikemanakan nasip para gadis? Pergaulan bebas, anak gaul, gank nongkrong dan pacaran menjadi pemicu tindak kriminalitas pada para gadis.
Orang baik pun bisa juga dijebak dan terseret pergaulan bebas, jika hal ini menjadi bukanlah hal penting dalam diri maka hancurlah moral manusia saat ini. Hidup tanpa ada batas, hanya kesenangan yang dikejar tanpa melihat dampak selanjutnya.
Pacaran jaman dahulu beda jauh dengan sekarang, kalau dahulu hanya dilihat sudah senang tak bisa tidur, jaman sekarang kalau tak diajak tidur bukan pacar. Bersosial media awalnya itu juga bisa menjadi pintu tindak kriminalitas, ada yang diculik, ada kenalan langsung boking hotel. Berorganisasi mau umum ataupun formal juga bisa menjadi ajang pergaulan bebas.
''Hari gini masih perawan?'' Kalimat itulah yang mengolok-ngolok keperawanan jika masih saja dipertahankan oleh remaja putri seperti mereka di kota metropolitan.
Sungguh, keperawanan yang diolok-olok dan tidak lagi menjadi simbol eksistensi harga diri menimbulkan polemik di film ini. Sungguh pun dalam komunitas dunia gaul, di mana kebebasan, pesta pora, dan keberanian yang keliru dalam mengekpresikan masa muda, menjual diri dengan segepok uang untuk bergaya, keperawanan sudah tidak lagi menjadi tolok ukur perkawanan. 

Memang semua tak menutup kemungkinan semua itu akan terjadi, dan kita juga tak bisa menolak kemajuan dan tuntutan zaman. Yang kita jaga dan persiapkan adalah suasana keharmonisan kekeluargaan dalam rumah, komunikasi secukupnya diluar rumah, jaga diri dan bekali dengan iman. Jadikan keluarga tujuan akhirmu.

© Suara Hati Sang Dewi, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena