Demi keluarga seorang Dewi rela mengorbankan apa saja

Sunday 8 August 1993

Pengais petani

    "Untuk besuk ke pasar aku harus jualan apa ya" gumamku. 
Tak ada hasil ladang sedangkan sawahpun aku tak punya. Aku berpikir sejenak sambil merapikan perabotan dapurku. Aku bereskan bumbu dan aku kepikiran dengan pak Sastro. Juragan sawah di kampungku, aku dengar dia sedang panen bawang merah.
    Setelah adzan ashar aku bergegas menuju rumahnya. Dia tak mau kasih aku bawang, alasannya sudah dipesan tengkulak. Tak boleh walau aku meminta bawangnya sedikit. Tak banyak pilihan, tawar menawar dan sedikit mengiba ternyata tak ada guna. Aku berjalan pulang serasa isi otakku mendidih, bagaimana...bagaimana..bagaimana..terngiang di otakku.
    Aku balik lagi ke rumah pak Sastro dan aku dapat bawang merahnya. Iya memang aku meminjamnya dan bayar setelah ada uang, yang aku dapat bawang merah yang rusak dan jelek yang tak dia jual ke pasar besar.

Ya tak mengapa inilah rejekiku, aku bergegas pulang dengan bawang merah hanya beberapa 4,5 kg. Setelah adzan magrib aku kebelakang, aku pilah2 bawang merahku, aku bersihkan dan sedikit aku kupas biar bagus. Ada sedikit ragu di mataku....
" ya Allah apa ini laku besuk....?" Pikiranku melayang penuh bimbang
Tiba2 dari dalam langkah kecil menghampiriku
" ibu sedang apa." Sapa anakku paling kecil
" ibu bersihkan bawang, besuk biar bisa dijual ke pasar" jawabku pelan
" boleh bantu?" Tanyanya lagi
" kalau Sudah ngaji dan PR sudah dikerjakan, baru boleh bantu ibu" jawabku 
    Sambil mengarahkan dan sedikit bercanda, bawang merah terpisah jadi 3 buat dijual dan buat makan sendiri. Pukul 10 malam bawang merah belum juga selesai, aku suruh anakku untuk menyudahi dan tidur. Aku lanjutkan sendiri dan aku bungkus sekalian agar besuk dipasar mudah menjualnya.
    Seperti biasa setelah sholat subuh dan nasi sudah matang aku berangkat ke pasar. Untuk masak lauk nanti suamiku yang melanjutkan sekalian mengurus sekolah anak2. Aku sendiri sudah biasa sarapan hanya secangkir kopi. Berjalan di pagi buta menyusuri jalanan kampung dan yakin bawangku laku.
    Bayanganku tak seindah kenyataan, bawang kupasku baru laku 5 bungkus dan bawang eceran juga laku sedikit, tapi sudah cukup untuk kebutuhan hari ini. Matahari mulai naik ke ubun2 dan pasar mulai sepi. Aku dan beberapa temen pedagang beres2 pulang. Sesekali menawarkan ke rumah2 orang sembari jalan pulang, siapa tau ada yang mau.
   Setelah sampai rumah dan perutku serasa mengerut, aku berjalan menuju meja makan. Aku buka tutupnya ada nasi tim yang sudah dingin, sambal bawang, ada bawang goreng dan kerupuk. Aku lihat anakku makan di depan TV, begitu lahap makan bawang gorengnya. Aq ambil beberapa centong nasi dan sedikit sambel aku berjalan mencari kursi kecilku dan makan di dapur.
   Sore hari aku harus setor ke pak Sastro, agar aku bisa pinjam hasil sawahnya lagi. Hanya kepercayaan yang hanya bisa aku berikan untuk orang2 baik dan kaya yang selalu membantuku untuk mencari rejeki Allah.

ya Allah...terimakasih atas rejeki hari ini...
   



© Suara Hati Sang Dewi, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena