Demi keluarga seorang Dewi rela mengorbankan apa saja

Monday 13 April 2015

Mekar di tanah gersang

Saat aku masih hamil, suamiku mengusirku dari rumah. Aku tak punya pilihan aku balik ke kampung halaman. Orang tuaku sudah meninggal beberapa tahun lalu. Jadi dari pada kosong dan tak tahu harus kemana aku tempati saja.            Aku jaga, aku rawat kandunganku seorang diri. Aku menyayanginya sepenuh hati dengan segenggam cita2 ku ingin mempunyai keluarga saykinah dan menjadi istri sholeh yang berbakti pada suami. Tapi kenyataan lain dan terasa pahit dan harus aku jalani.                 Cemoohan dan hujatan dari tetangga menjadi duri dalam hatiku. Sepanjang aku berjalan, ya sepanjang itu gunjingan terdengan, cibiran dan buang muka tetangga jika aku melintas didepan rumahnya. Perempuan tidak benar, perempuan murahan dan apalah....aku tak marah atau membela diri. Mereka tidak tahu sebenarnya. Aku hamil dengan suami syah dan menikah syah tetapi memang tidak dirayakan dikampung sehingga mereka tidak tahu.

Sesudah melahirkan, aku menjadi orang tua tunggal. Aku menjadi bapak dan seorang ibu dari anakku. Semua aku lakukan sendiri, tetangga dekatpun tak sudi melihat kondisiku dan anakku. Tiap hari bercucuran air mata berdoa pada Allah. Senyum dan tangis anakku.ah sebagai penghibur pedihku. 

Suatu ketika dikampungku ada bayi perempuan kedua orang tuanya meninggal tanpa ada saudara. karena aku menyusui akhirnya bayi itu aku jadikan anakku ke 2. Ya....aku ada 2 anak sekarang, tanpa seoarang bapak bahkan tanpa seorangpun membantuku. Tahun demi tahun kami hidup rukun dengan kondisi seadanya. 

Gunjingan dan cemoohan tetangga ternyata masih ada. Agar anak2 ku tidak terpengaruh dan malu akan kondisiku, aku hijrah kesaudaraku di jakarta. Disana aku titipkan kepada kakakku dan aku bekerja untuk menghidupi keluarga. Pekerjaan sebagai admin menjadi pintu rejeki untukku.

Setiap pulang kerja, aku lihat anak2 ku bahagia bermain dengan sepupunya. Mereka bahagia sekali, sesekali bergelantungan dan manja dipunggungku. Setiap malam di kamar aku usap anak2ku sampai terlelap. Cucuran air mata menjadi rasa syukurku atas smua kehendak Nya.

Semakin hari anakku makin tumbuh besar, biaya untuk kebutuhan juga makin menambah. Aku bingung dengan pekerjaanku sekarang tidak akan cukup, aku bimbang harus bagaimana. Malam itu juga aku bulatkan tekatku untuk pergi dari rumah. Kakakku sudah cukup mampu menjadi orang tua bagi anak2ku. Tak perlu aku menjadi penghalang kebahagiaan anak2ku. Aku pergi keluar negeri sebagai TKW. Aku takut anakku nanti malu karena gunjingan orang akan kondisiku.

Malam2ku hanya air mata dan doa2 untuk anak2ku. Di negeri orang tak ada sanak saudara maupun teman. Aku bisa sedikit tenang dengan menahan rasa rindu anak2ku. Tak ada yang tau aku di negara mana, yang terpenting semua anak2ku dan keluargaku bahagia, tanpa ada aku disana dan orang akan berhenti mencemooh keluargaku. Biaya hidup, sekolah dan segala kebutuhan anak2 ku aku cukupi dari hasil kerjaku.

Aku tak mau bebani kakakku, sudah menjaga dan merawat anak2ku itu sudah lebih dari cukup. Tiap minggu aku telp, suara yang dulu imut, manis, lucu sekarang menjadi suara anak2 dewasa. Hanya poto dan kabar menjadi obat rinduku.

Maafkan ibu nak..
Ibu tak bisa menjadi orang tua yang baik
Ibu tak bisa merawat dan menjagamu
Tak bisa memberimu kasih sayang

Jangan harapkan ibu kembali
Kebahagiaanmu adalah yang terpenting
Maafkan aku anakku
Love u vorefer

© Suara Hati Sang Dewi, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena